Archive for February 2014
Si Meong yang jablay
Di rumah nenek
ada kucing. Betina belang tiga yang gue temuin itu rupanya anak dari kucing
yang sebelumnya nyasar kerumah dulu. Nyokapnya udah pergi entah kemana
meninggalkan anaknya yang masih perawan dirumah nenek.
Gue berjanji
untuk menjadikannya kucing angkat dan merawatnya. Dia selalu duduk didepan
jalanan rumah gue sekedar untuk mengucapkan ‘selamat jalan’ ketika gue turun
kerja dan ‘selamat datang’ ketika gue pulang kerja.
Dia pinter
merayu kalo urusannya dengan makan. Dia akan duduk di depan meja makan, menatap
tajam kearah tudung saji, dan meong-meong kepada gue.
‘Sayang, bagi
ikan asinnya dong. Gue laper nih, sayang baik deh’.
Dengan kalimat
seperti itu, gue luluh dan akhirnya gue kasih ikan asin di piring makannya. Gue
campur dengan nasi biar dia kenyang. Dilahapnya dengan nikmat menu irit yang
gue sediain. Paling bisa aja nih kucing gue.
Gue gak mau
membatasi pergaulannya dengan kucing komplek, karena dia udah cukup besar untuk
mengenal kucing lain. Gue harap dia akan bertemu dan jatuh cinta dengan kucing
baik dan berasal dari keluarga baik-baik pula. Namun pilihan hatinya jatuh
kepada kucing garong abu-abu putih, dan gue gak suka.
‘Lo kok bisa
suka dengan kucing garong itu, gue gak suka. Dia bukan kucing baik-baik!’, kata
gue galak.
‘Tapi, gue jatuh
cinta dengan dia. Dia macho banget’,
meongnya dia memohon.
‘Pokoknya gue
gak suka, lo harus putusin dia’, gue emosi banget.
Mungkin udah
karena cinta atau karena apa, dia tetap pada pilihannya. Dibelakang gue, dia
dan kucing garong itu backstreet. Dia
pergi dari rumah.
Ada yang baru di ACG!
Gue sangat suka nulis. Sebenarnya minat gue nulis itu udah mank udah keturunan dari nyokap gue. Nyokap gue sangat suka nulis, tiada hari tanpa tulisan. Tulisannya selalu dinamis, gak pernah ada materi yang sama setiap dia nulis. Hebatnya tulisan tersebut dia buat sedari dia masih muda dan itu masih terarsip rapi di lemarinya. Yah, nyokap gue mang hobi nulis resep masakan dari acara tv. Ah sudahlah.
Gue tumbuh di lingkungan yang memaksa gue untuk menulis. Dari gue TK udah dipaksa nulis oleh ibu guru, pulang kerumah juga nulis ngerjain PR, sekolah, kuliah, sampai sekarang pun masih nulis. Emang dahsyat.
-- Dear diary,
Kalo udah musim hujan
 |
| http://id.wikipedia.org/wiki/Muson |
Sebenarnya gue gak butuh muson untuk bisa tau sekarang lagi musim apa, hujan atau kemarau. Cukup nonton berita banjir yang melanda sebagian daerah di Indonesia, gue jadi tau kalo sekarang di Indonesia tengah berada di musim penghujan.
Musim penghujan itu tidak ada hubungannya dengan kegalauan para jomblo. Meskipun tiap malam minggu para jomblo selalu berdo'a agar turun hujan, itu bukan alasan yang logis untuk bisa diterima oleh akal sehat ya.
Bicara soal hujan, gue agak gimana gitu dengan perilaku sebagian orang ketika hujan turun.
Gue mulai dari para ibu-ibu ya. Mereka biasanya mengeluh tentang cucian yang tak kunjung kering. Menurut gue ya itu wajar lah, karena udah capek kucek-kucek jemur-jemur #AlaAlayDahsyat, giliran dijemur malah turun hujan.
[Sepertinya] Wawancara yang menginspirasi
Banyak hal yang sebenarnya pengen gue bagi ke sobat asik semua, dari masalah kerjaan, cinta, komedi, hal absurd sampai hal tabuh yang patut diperbincangkan, setajam kata putus pada orang yang cinta mampus sama lo.
Namun kali ini, gue bakal posting (ngejawab) beberapa pertanyaan yang sering gue dapet dari beberapa sobat asik setia blog gue. Tariiikk maaaaanng #SampeTumpehTumpeh
Sebelomnya gue inisialin yang nanya itu 'Q' dan gue 'R' :))
Q : Wah, apa kabar bro? lama gak jumpa :))
R : (dalem ati : sok akrab banget) Baik bro, lo apa kabar?
Q : Gue baik juga bro. Uhm, gue cabut dulu ya bro, daaaahhh..
R : (dalem ati : kampret, basi banget basa basinya) Oke bro, jangan nyalip ya firasat gue gak enak :))
